KH. Abdul Hannan Sa’id bin H. Sa’id bin Kasiman bin Qadim lahir di Serang Banten pada 04 April 1923. Ia memulai pendidikan formalnya di sekolah dasar pada usia 8 tahun dan selesai pada tahun 1936. Dalam bidang agama Hanan Sa’id belajar kepada KH. Tb. Sholeh Makmun di Pesantren Qur’an Lontar Serang Banten hingga khatam 30 juz selama 9 tahun.
Di Usia 19 tahun, atau tahun 1942 ia mulai mengajar di Madrasah Al-Ihsaniyah Serang Banten. Pada tahun 1950 ia pindah ke Tambun Bekasi dan mengajar di Madrasah An-Nasyi’ah. Di Tambun Bekasi, ia menikah dengan Siti Nurjanah binti Akhir pada 15 November 1950 dan dikaruniai 5 orang putra. Pada 7 Agustus 1975 istrinya, Siti Nurjanah wafat kemudian Hannan Sa’id menikah kembali pada 12 November 1975 dengan Siti Umayyah binti H. Nalim, perempuan Betawi Kampung Baru Sukabumi Udik (Selatan) Jakarta Barat dan mendapat keturunan 3 orang putra dan 2 orang putri. Penulis adalah anak kedua dari pernikahan Hanan Sa’id dengan Siti Umayyah.
Setahun kemudian, 1951. Hannan Sa’id pindah ke Jakarta dan mendirikan Ma’had Ta’lim Qur’an dan Kepala Madrasah Manhalun Nasyi-in di Karang Anyar Sawah Besar Jakarta Pusat di atas tanah wakaf Ahmad bin Maih. Selain pengasuh di Ma’had dan Madrasah tersebut, ia pengajar agama di beberapa tempat seperti di Corp Cacat Veteran, di perkumpulan anggota polisi Seksi III Pasar Baru, beberapa tempat di Sawah Besar Jakarta Pusat dan tempat lainnya di Jakarta hingga akhir hayatnya.
Pada tahun 1959, ia dinyatakan lulus ujian sebagai Guru Agama dan mendapatkan status sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pada tahun 1961 ia menjadi Kepala Kantor Penerangan Agama Daerah Tingkat II Jakarta Utara kemudian diangkat sebagai Kepala Dinas Penerangan Agama Jakarta Barat pada tahun 1968 kemudian menjadi Kepala Inspeksi Penerangan Agama Jakarta Pusat pada tahun 1973 hingga pensiun pada tahun 1979.
Pada tahun 1973. Hannan Sa’id menunaikan ibadah haji bersama istrinya, Siti Nurjanah dan sepulang dari ibadah haji kegiatan mengajarnya semakin padat. KH. Abdul Hannan Sa’id di samping seorang guru, dosen di Perguruan Tinggi Darul Hikmah Jakarta Utara, juga aktif di LPTQ (Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an) DKI Jakarta sebagai seorang pembina, juri atau dewan hakim di MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) dan MHQ (Musabaqah Hifdzil Qur’an), penulis dan mubaligh. Ia bersedia hadir walau hanya untuk menjadi juri MTQ dengan peserta usia taman kanak-kanak dan remaja. Bahkan, ia pernah menjadi Ketua Dewan Hakim MTQ antar waria yang diadakan di Sasana Langen Budaya TMII Jakarta Timur pada 15 Desember 1990. Bidang dakwahnya semakin luas ketika ia diminta menjadi anggota Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an, Departemen Agama RI dari tahun 1993 sampai ia wafat pada tahun 2000.
Semasa hidupnya, KH. Abdul Hannan Sa’id pernah menjadi ketua atau koordinator dewan hakim MTQ dan MHQ sebanyak 150 kali terhitung tahun 1953 hingga 1993. Jika ditambah dengan posisinya sebagai anggota Dewan Hakim MTQ atau MHQ baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional maka sebanyak 255 kali mulai tahun 1953 hingga 1999. Ia juga sebagai Pembina bagi Qori/Qoriah dan Hafidz/Hafidzah bagi duta DKI Jakarta untuk MTQ dan MHQ Nasional dari tahun 1962 hingga 1999.
Dari kegiatannya mengajarkan ilmu tajwid dan qira’at al-qur’an banyak murid-murid KH. Abdul Hannan Sa’id yang kelak menjadi Qori Nasional dan Ulama terkemuka. Di antaranya, H. Muammar ZA, H. Muhajir, H. Nanang Qosim, H. Muhammad Ali, H. Muhammad Dong, H. Nafis Qurthubi, Hj. Sa’idah Ahmad, Dra. Hj. Maria Ulfah, KH. Abdurrahman Nawi (Pengasuh Pesantren Al-Awabin Depok), KH. Tajudin Hasan (Pengasuh Pesantren Darul Hasan Cipondoh Tangerang) H. Mafakhir Rawa Belong, KH. Hasan Bisri, KH. Muhammad Ali Samman (Perguruan Islam Manhalun Nasyi-in Sawah Besar), KH. Ibrahim Karim (Yayasan Hubbul Wathon Cempaka Putih/MUI DKI Jakarta), KH. Syahid (Bandung), H. Humaidi (Banten), Hj. Ery Murniasih (Kuningan Jawa Barat), Hj. Siti Sarah (Sukabumi), Hj. Tatu Mulyana (Ibu Ustadz Jefri Al-Bukhory), H. Abdul Wadud K.A, H. Syarifuudin Muhammad, dan lain sebagainya.
Dengan ulama-ulama Betawi, KH. Abdul Hannan Sa’id memiliki kedekatan dengan KH. Abdullah Syafi’i, KH. Mursyidi, KH. Abdul Rasyid bin H. Kirom Madrasah Ar-Rusyda Klender, KH. Syafi’i Hadzami, KH. Muhammad Radjiun dan KH. Rahmatullah Shidiq. Mereka saling bersilaturahim dan bertukar pikiran tentang disiplin ilmu yang mereka kuasai masing-masing.
Salah satu sumbangan pemikiran KH. Abdul Hannan Sa’id yang sangat penting dan menjadi kontroversi di kalangan ahli tajwid adalah penemuannya tentang qalqalah akbar. Sebagaimana diketahui bahwa qalqalah di dalam ilmu tajwid ada dua, yaitu qalqalah shugra dan qalqalah kubra. Sementara KH. Abdul Hannan Sa’id berpendapat bahwa qalqalah ada tiga dengan ditambah qalqalah akbar. Qalqalah yang lebih daripada qalqalah kubra. Qalqalah akbar misalnya dapat ditemukan pada pengucapan watabb di QS. Al Lahab.
Semasa hidupnya, KH. Abdul Hannan Sa’id menulis 6 (enam) kitab yaitu Taysîr al-Musykilāt fi Qirā’ah al-Âyāt, Miftâh at Tajwîd juz I dan II, al-Masâ’il at-Tajwîdiyyah Juz I dan II, pegangan khatib, risalah pegangan pelatih qori/qariah, dan al-Asytât fi al Hikâmi wa al-fawa’id wa al-Maqâlât.
Kitab Taysîr al-Musykilāt fi Qirā’ah al-Âyāt merupakan karya masterpiece dari KH. Abdul Hannan Sa’id dan merupakan buah dari ketekunannya selama puluhan tahun karena isinya berasal dari catatan-catatan yang ditulisnya sebagai pelatih ketika para qari dan qariah serta hafidz dan hafidzah menemukan kesukaran dalam mengucapkan huruf atau ayat tertentu di dalam al-qur’an menurut riwayat Imam Hafs. Kesukaran tersebut dialami ketika mereka mengikuti tiap-tiap training centre (pemusatan pelatihan) untuk mengikuti even MTQ Nasional pada tahun 1968 hingga pada tahun 1991.
KH. Abdul Hannan Sa’id wafat pada hari Jumat, 19 Dzulqo’dah 1420 H atau 25 Februari 2000 di kediamannya di Jl. Dwiwarna II Karang Anyar Sawah Besar Jakarta Pusat dan dimakamkan berdekatan dengan makam istrinya Hj. Siti Umayyah di Pemakaman Kampung Baru Sukabumi Udik (Selatan) Kebon Jeruk Jakarta Barat.
Pada 03 Januari 2003, Almarhum KH. Abdul Hannan Sa’id mendapat piagam penghargaan selaku Ulama Qur’an dan Hamalatul Qur’an dari Menteri Agama RI, Prof. Dr. H. Sayyid Aqil Munawar, MA. Almarhum KH. Abdul Hannan Sa’id walaupun dilahirkan di Serang Banten tetapi mendapat tempat di kalangan masyarakat Betawi karena dua istrinya orang Betawi dan hampir 50 tahun menetap dan mengajar ilmu tajwid sampai wafatnya di Betawi sehingga MUI Jakarta, KODI dan Jakarta Islamic Centre (JIC) memasukkan KH. Abdul Hannan Sa’id dalam Seri Ulama Betawi (1) yang dimuat dalam Tabloid Republika, Dialog Jumat, 23 Februari 2007 dan buku Genealogi Intelektual Ulama Betawi yang diterbitkan oleh Jakarta Islamic Centre (JIC) pada September 2009 serta buku Islam Ibukota dari Kramtung hingga ke Brussels yang diterbitkan oleh Jakarta Islamic Centre (JIC) pada Desember 2009.
SUMBER :
Judul Buku:
ULAMA BETAWI
(Studi Tentang Jaringan Ulama Betawi dan Kontribusinya Terhadap Perkembangan Islam Abad ke-19 dan 20).
Penulis: Ahmad Fadli HS
Penerbit: Manhalun Nasyi-in Press, Jakarta, 2011
ISBN:
978-602-98466-1-4
Ass. Salam kenal.
BalasHapusWass. Terima Kasih.
BalasHapusAss wr wb maaf pak ustad saya mau tanya,beliau (alm.KH.Hanan) punya pesanteren tidak?alamat dan no tlp nya brp? JazakAllah.wassalam
BalasHapusBeliau tidak ada pesantren tetapi Perguruan Islam Manhalun Nasyi-in di Jln Dwiwarna II Karang Anyar Sawah Besar Jakarta Pusat.
BalasHapus