HABIB ALI KWITANG, NU, BANSER DAN BETAWI
Ribuan manusia memadati area Kwitang pada Rabu-Kamis 13-14
Desember 2017 untuk menghadiri Majelis Rauhah, Ziarah Kubro dan Maulid Nabi
Muhammad SAW di Majelis Taklim Habib Ali Al Habsyi Kwitang Jakarta Pusat.
Kegiatan yang digelar setiap tahun di akhir Kamis bulan Rabiul Awal itu memang
selalu dihadiri oleh para ulama, habaib, pejabat dan para jama'ah dari berbagai
daerah.
Ada yang menarik dalam Majelis Rauhah, Ziarah Kubro dan Maulid
Nabi Muhammad SAW di Kwitang tahun ini yaitu dengan dilibatkannya Barisan Ansor
Serba Guna (BANSER) dan FPI sebagai panitia bersama. Tentu saja keterlibatan GP
Ansor/Banser dan FPI dalam acara tersebut menimbulkan berbagai tanggapan, ada
yang bergembira, terharu, simpati bahkan ada juga yang "nyinyir dan plintir"
GP Ansor selama bulan Rabiul Awal memang kerapkali mengadakan
atau dilibatkan dalam Maulid Nabi di berbagai tempat. Di antaranya adalah GP
Ansor Jakarta Timur mengadakan Maulid Nabi Muhammad SAW pada Kamis 23 November
di Pondok Pesantren Al Hamid Cipayung dengan mengundang Habib Syekh Bin Abdul
Qodir Assegaf Solo, Habib Muhammad Bin Abdurrahman Assegaf, Habib Ali Bin
Abdurrahman Assegaf dan Habib Jindan Bin Novel Bin Salim Jindan. Sehari
setelahnya, Jumat, 24 Nov GP Ansor Jakarta Pusat dilibatkan dalam acara Maulid
Nabi Muhammad SAW dan Kemayoran Bersholawat yang dihadiri oleh Habib Syekh bin
Abdul Qodir Assegaf dan para habaib lainnya kemudian Banser DKI Jakarta
dilibatkan dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW dan Tausiyah Kebangsaan di
Silang Monas yang dihadiri oleh Habib Lutfhi Yahya dan para habaib lainnya.
Partisipasi Banser dalam 3 (tiga) Maulid Nabi sekala besar di
atas yang dihadiri para ulama dan habaib itu nampaknya menjadi perhatian Habib
Ali bin Abdurrahman Al Habsyi dan kemudian mengajak agar GP Ansor dan Banser
juga bisa terlibat dalam Maulid Nabi Muhammad SAW di Kwitang. Tentu saja bagi
GP Ansor itu merupakan kehormatan yang sangat luar biasa dan dengan senang hati
menyambutnya.
GP Ansor dan Keluarga Besar NU sangat memahami bahwa Habib Ali
Al Habsyi Kwitang semasa hidupnya memiliki ikatan emosional dengan NU dan
sangat berperan dalam mengembangkan NU dan Islam Ahli Sunnah Wal Jama'ah di
tanah Betawi.
Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi dilahirkan di Kwitang pada
20 Jumadil Akhir 1286 H/20 April 1869 M. Ayahnya, Habib Abdurrahman bin
Abdullah bin Muhammad al-Habsyi adalah kelahiran Petak Sembilan Semarang,
seorang bangsawan kaya dan ulama terkenal saat itu. Ayahnya kemudian pindah ke
Jakarta dan menikah dengan Nyai Salmah binti Haji Ali, seorang putri Betawi asli
yang berasal dari Mester Pulo (Jatinegara sekarang).
Habib Ali Al Habsyi dan KH Ahmad Marzuqi (Guru Marzuqi) adalah
salah satu tokoh penting dibalik berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) di tanah
Betawi. Ketika belajar di Makkah, Guru Marzuqi berteman dengan KH. Hasyim
Asy’ari. Guru Marzuqi langsung tertarik ketika mendengar bahwa temannya, KH.
Hasyim Asy’ari mendirikan NU di Jawa Timur. Namun sebelum memutuskan untuk
mendirikan NU di Jakarta, Guru Marzuqi pergi ke Jombang Jawa Timur untuk
mengetahui visi misi dan ajaran NU. Begitu mengetahui bahwa NU memiliki
kepahaman yang sama dengan masyarakat Betawi di bidang aqidah Islam Ahli Sunnah
Wal Jama’ah dan setelah bermusyawarah dan meminta restu Habib Ali Al Habsyi
maka Guru Marzuqi mendeklarasikan NU pada tahun 1928 di Jakarta dan ia sebagai
Rais Syuriah hingga wafat pada 1934.
Habib Ali Al Habsyi lalu memerintahkan segenap murid muridnya
untuk membantu perjuangan NU dan terjun langsung dalam organisasi tersebut.
Murid murid Habib Ali banyak sekali bahkah boleh disebut hampir sebagian besar
ulama NU dan Betawi berguru kepada Habib Ali, di antaranya Muallim Thabrani
Paseban, KH. Abdul Hadi Pisangan, KH. Zayadi Muhajir Klender, KH. Thohir Rahili
Bukit Duri, KH. Abdurrazak Makmun, KH Ismail Pedurenan, KH. Muhammad Naim
Cipete, KH. Abdul Rasyid Ramli, KH. Rahmatullah Shidiq, KH. Syafi’i Hadzami,
Dr. KH. Nahrawi Abdul Salam dan lain-lain.
Hubungan antara Habib Ali dengan murid-muridnya cukup menarik
dan romantis. Pada saat pemilu 1955, Habib Ali kendati tidak memperlihatkan
berpihak pada salah satu partai dan tidak pernah mengemukakan pilihannya pada
orang lain tetapi ia lebih dekat dengan Nahdlatul Ulama (NU). Ketika NU
mengadakan Muktamar di Gedung Olahraga Lapangan Ikada (Monas) Jakarta, Habib
Ali diminta membaca doa. Ia juga banyak memiliki murid-murid orang-orang NU,
termasuk Ketua Umumnya saat itu, KH Idham Khalid yang kerapkali datang ke
masjidnya. Sedangkan KH. Abdullah Syafi’i yang saat itu masih muda dan gagah
menjadi tokoh Partai Masyumi. Pada pemilu 1955 di Jakarta, NU dan Masyumi
bersaing merebut massa pemilih. Kendati berbeda partai tidak mempengaruhi
hubungan antar guru dan murid dan sesama murid. Ada beberapa ulama Betawi
kendati bermadzhab Syafi’i dan berfaham Ahli Sunnah Wal Jama’ah tetapi menjadi
aktivis Masyumi, seperti KH, Nur Ali dan lain lain.
Hubungan Habib Ali Al Habsyi dengan para pendiri NU terjalin
dengan baik. KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahab Hasbullah jika berada di Jakarta
maka hampir dipastikan bersilaturahim ke rumah Habib Ali Al Habsyi atau mengikuti
pengajian minggu pagi di Majelis Taklim Habib Ali Al Habsyi. Silaturahim juga
dilanjutkan oleh anak dan cucu KH Hasyim Asy'ari seperti KH Wahid Hasyim yang
sering berkunjung ke Kwitang dengan mengajak anaknya, KH Abdurahman Wahid atau
Gus Dur yang masih kecil saat itu. Bahkan Gus Dur saat kecil sempat
"ngalap berkah" dengan membaca dan menghatamkan beberapa kitab kecil
dihadapan Habib Ali dan disaksikan oleh ayahnya Gus Dur, KH Wahid Hasyim. Maka
tak heran ketika Gus Dur menjadi Presiden RI masih sering berziarah ke makam
Habib Ali Al Habsyi dan menghadiri pengajian di majelis taklim Kwitang.
Habib Ali Al Habsyi juga sangat dekat dengan H. Abdul Manaf bin
H. Muhammad Jabbar, tokoh NU dan pengusaha Betawi yang tinggal di Batu Tulis
Jakarta Pusat. H. Abdul Manaf di samping sahabat dan murid Habib Ali juga kakek
dari Dr. Ing. H. Fauzi Bowo, Mantan Gubernur DKI Jakarta dan Mantan Ketua PWNU
DKI Jakarta.
Pada Ahad 20 Rajab 1388 atau 13 Oktober 1968 sekitar pukul 20.45
Habib Ali Al Habsyi wafat dalam usia 99 tahun masehi atau 102 tahun hijriah dan
dimakamkan di samping Masjid Ar Riyad Jalan Kembang VI Kwitang Jakarta Pusat.
Alfatihah.....
Sawah Besar, Jumat, 15 Desember 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar